KBBIG
( Kamus Besar Bahasa Indonesia Galau)
Oleh
Widya Nurul Rahma 1203071
Hai
sobat, tau ga sih? Ternyata yang bisa galau bukan hanya manusia aja loh. Ayo-
ayo tebak selain manusia siapa lagi yang bisa galau? Binatang, tumbuhan atau
alienkah? Hahahaha…. Jika itu yang kalian pikirkan, jawabannya bisa jadi deh. Tapi maaf- maaf ya, untuk kali
ini yang galau itu bukan binatang,
tumbuhan apalagi alien. melainkan yang galau tersebut adalah KBBI sobat alias Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Sobat mungkin bertanya- tanya. kenapa, ko KBBI bisa
galau? Jawabannya karena…………. Mau tahu ya?
Mau tahu banget atau mau tahu aja? Keliatannya kalian pada penasaran ya
alias kepo. Tapi saya nyerah deh, kali ini kalian semua perlu tahu kenapa KBBI
Galau.
Kalian
pasti sudah tahukan? Kalau Kamus Besar Bahasa
Indonesia itu memuat semua kata- kata bahasa Indonesia yang baku, formal atau
sesuai dengan hukum gramatikal bahasa
Indonesia yang berlaku. Dimana KBBI itu bersudut pandang analogi, preskriptif (
bahasa yang harus teratur/ bahasa yang harus sesuai dengan kaidah yang telah
disusun oleh pakar bahasa). Namun, kalian tahu ga sih? Kalau masih ada kata
dalam KBBI yang menyimpang atau tidak sesuai dengan hukum gramatikal bahasa
Indonesia yang preskriptif. Kata tersebut malah cenderung bersudut pandang
anomali, deskriftif ( menganggap bahasa ada pengecualian, dan semua aturan
diterima/ bahasa itu disusun berdasarkan deskripsi pengguna bahasa yang
diobservasi oleh para pengguna bahasa). Seperti pada kata mensosialisasi dan menertawakan
yang terdapat dalam KBBI.
Mengapa
kata mensosialasi dan menertawakan dikatakan menyimpang dari
kaidah tata bahasa Indonesia? Karena apabila
KBBI benar- benar sesuai dengan kaidah pembentukan bahasa Indonesia yang
berlaku. Seharusnya apabila KBBI memperhatikan proses gramatikal bahasa yang
sesuai dengan peraturan kaidah gramatikal bahasa Indonesia, maka apabila Me(N)- + Sosialisasi
maka huruf S pada awal kata Sosialisasi tersebut harusnya luluh
menjadi NY ( Menyosialisasi ) bukan tetap menggunakan huruf S (Mensosialisasi).
Kemudian pada kata dalam KBBI Menertawakan
yang seharusnya Mentertawakan karena
apabila ( Me(N)- + Tertawa) huruf T pada kata Tertawa tersebut seharusnya tidak luluh menjadi N, karena T tersebut bukan merupakan bentuk dasar melainkan bentuk dari
proses afiksasi ( afiks ter + tawa ).
Namun pada kenyataannya, KBBI tidak menghiraukan proses pembentukan tersebut.
Sebenarnya, apabila KBBI benar- benar bersifat
preskriptif. Maka, pembentukan tersebut harus terjadi karena dalam kaidah
gramatikal bahasa Indonesia terdapat peraturan bahwa apabila Me(N)- bertemu
atau berdampingan dengan kata dasar yang huruf awalnya K, P, S, T. Maka huruf
tersebut akan luluh, terkecuali huruf tersebut bukan merupakan huruf yang
terbentuk dari kata dasar seperti kata yang merupakan hasil dari proses
afiksasi.
Aduh- aduh KBBI galau banget kali ya, antara
memilih setia pada preskriptif atau selingkuh dengan deskriptif. Padahal, kalau
kita melihat dari sifat- sifat yang melekat pada KBBI, KBBI seharusnya teguh
pada pendiriannya yang preskriptif, jangan berpaling kepada deskriptif. Agar
tidak terjadi kebingungan pada pengguna bahasa untuk menentukan mana yang benar
dan mana yang salah. Karena, selain menyebabkan kebingungan bagi warga
Indonesia sebagai penutur asli bahasa Indonesia, fenomena bahasa seperti ini juga
akan menjadi suatu permasalahan bahasa yang cukup membingungkan bagi warga
negara asing yang sedang (baru) mempelajari
bahasa Indonesia.
Aduh-
aduh ternyata permasalahan bahasa yang seperti ini juga bisa sangat luas ya
pengaruhnya dalam kehiduapan. Tapi jangan putus asa dulu sobat, karena apabila
kita melihat pada bukti nyata penggunaan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh
penuturnya dalam kehidupan sehari- hari. Penyebab penyimpangan ini karena pada
kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung bersifat deskriftif
terhadap bahasa tersebut. Dimana mereka akan lebih nyaman menggunakan bahasa
yang disusun berdasarkan deskripsi pengguna bahasa yang diobservasi oleh para
pengguna bahasa itu sendiri.
Jadi,
kita sebagai warga Indonesia yang merupakan pengguna bahasa Indonesia asli, tidak
perlu ikut- ikutan galau. Karena pada dasarnya, bahasa yang kita gunakan
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari- hari ini sangat tergantung pada
kita sebagai penutur bahasa. Dan hal yang penting yang perlu kalian ketahui
lagi, yaitu bahasa itu bersifat arbitrer ( mana suka), bahasa itu seperti benda
mati yang tidak bermanfaat apabila tidak ada yang menggerakan atau
menggunakannya.
.